Kento Momota pernah dilarang bertanding oleh tim nasional selama empat bulan sebelum Olimpiade Rio 2016. Tahun ini merupakan tahun tebusannya di Olimpiade, tetapi Tokyo 2020 ditunda hingga Juli 2021. Pada awal Januari, ia mengalami kecelakaan mobil yang menewaskan supir dan membuat para penumpang termasuk dirinya luka-luka.

Di wawancara terbarunya, Momota mengungkapkan bagaimana pikiran dan ambisinya mengenai karir dan kemenangan di Olimpiade, dilaporkan oleh Aiyuke. Berikut beberapa kutipannya.

Momota ditanya mengenai perasaan saat Olimpiade ditunda hingga 2021. Ia berkata bahwa setelah kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Januari, ia hanya memiliki waktu selama lima bulan untuk mempersiapkan Olimpiade dan itu membuatnya khawatir. Tetapi sejak penundaan Olimpiade, ia menggunakan waktu untuk menenangkan diri dan mengumpulkan kembali mentalnya. Ia juga menambahkan bahwa hal terpenting saat ini adalah kesehatan orang-orang di seluruh dunia dan tidak ada perasaan buruk mengenai penundaan tersebut.

Momota menambahkan bahwa di masa lalu, ia telah mempelajari lawannya baik di level lokal maupun internasional untuk mengumpulkan ilmu mengenai taktik. Walaupun tidak ada turnamen yang diselenggarakan sementara ini, ia berkata, “walaupun kamu tidak bisa berkompetisi dengan lawanmu, kamu masih bisa berlatih sambil membayangkan lawanmu.”

Ia menambahkan bahwa beberapa bulan telah berlalu setelah kecelakaan lalu lintas dan jiwa kompetitifnya telah kembali dan level permainannya naik di atas standar. Ia juga berkomentar bahwa ia menyadari kekurangannya dan telah berusaha mengatasinya serta ia akan menjadi seorang pemain yang lebih baik setelah Juli nanti. Ia mengatakan bahwa ia telah berlatih untuk kekuatan dan daya serangnya.

Saat ditanya mengenai kelebihannya, Momota menjawab: “Saya rasa kontrol presisi dan ketangkasan. Tidak tahu kalau ini diperhitungkan.” Ia mengatakan bahwa kontrol yang teliti pada poin-poin kunci adalah yang terpenting. Ia berkata, “Memukul kok di berbagai posisi di lapangan untuk membatasi serangan lawan, mengambil inisiatif untuk menyerang, dan membuat kemajuan dalam permainan dengan cara menguntungkan bagi diri saya sendiri.”

Mengenai hukumannya di tahun 2016, Momota mengatakan bahwa ia benar-benar kewalahan. Ia tidak bisa melihat sesuatu dengan jelas dan merasa egois. Ia mengatakan bahwa ia telah membuat kesalahan dengan berpikir bahwa ia merupakan pemain terbaik di Jepang. Ia menambahkan, “Tak perlu dikatakan, saya telah berpartisipasi di turnamen-turnamen…Bagaimanapun, (setelah disuspen) saya merasa bahwa ide-ide telah menghilang tiba-tiba dan tidak ada yang tersisa. Saya telah mengecek kembali diri ini dan mendapatkan niat yang terlupakan.”

Momota mengatakan bahwa alasan terbesarnya untuk kembali karena dukungan banyak orang yang ia terima. Ia sempat berpikir bahwa ia tidak bisa lagi bermain bulutangkis tetapi orang-orang dari tim dan perusahannya menyediakan lingkungan di mana ia bisa kembali berlatih dan bermain lagi. Ia harus bekerja dari awal lagi dan itu merupakan motivasi terbesarnya.

“Di 2016 saya dilarang (bermain), dan terjadi kecelakaan lalu lintas di Januari tahun ini, banyak orang tetap mendukung saya saat terpuruk dan ‘tidak bisa bermain bulutangkis lagi.’ Untuk membalas jasa orang-orang, saya ingin menjadi juara di Olimpiade Tokyo…Memenangi Olimpiade adalah hal yang sangat penting. Tidak hanya penting bagi dunia bulutangkis Jepang, tetapi juga untuk dunia olahraga Jepang”, tambah Momota.