Shuttlecock yang digunakan di Denmark Open 2021 yang sedang berlangsung terlalu cepat, menurut banyak pemain termasuk Viktor Axelsen dan Lee Zii Jia.

Shuttlecock memiliki kecepatan yang berbeda-beda. Shuttlecock dengan kecepatan optimal penggunaannya tergantung pada suhu lingkungan, kelembaban dan tekanan udara stadion.

Kecepatan shuttlecock pada umumnya yaitu 76, 77 atau 78; di mana 76 menjadi yang paling lambat dan 78 sebagai yang paling cepat.

78 adalah kecepatan shuttlecock yang digunakan di Denmark Open hingga kemarin. Kemudian tiba-tiba berubah menjadi 77 jelang akhir sesi kemarin.

Axelsen mengatakan kepada TV2, “Sangat sulit bermain di sini karena bolanya sangat cepat. Saya harap itu akan diubah karena meskipun bagus, bolanya cepat, ini bukanlah bulutangkis yang dimainkan dengan baik.”

Lee Zii Jia juga memiliki pendapat yang sama dan berkata, “Bolanya sangat cepat hari ini, saya tidak menyangka. Bisa dilihat ada banyak kesalahan di set pertama. Saya berusaha untuk menurunkan kecepatan (pukulan saya) dan mempertahankannya.”

Usai menemukan banyak keluhan seperti itu dari para pemain, wasit turnamen meminta pemain Denmark Mikkel Mikkelsen untuk mengetes kecepatan shuttlecock.

Ditemukan bahwa shuttlecock tersebut memang terlalu cepat.

Wasit turnamen kemudian memerintahkan agar shuttlecock yang digunakan di pertandingan segera diganti dari kecepatan 78 menjadi 77.

Biasanya kecepatan shuttlecock hanya diganti di antara sesi dan tidak selama sesi berlangsung. Para pemain juga diberitahukan sebelumnya bahwa kecepatan shuttlecock telah diganti.

Namun, kemarin di Denmark Open, tak ada pemain kecuali Mikkel Mikkelsen yang diberitahu mengenai perubahan kecepatan shuttlecock.

Juara Denmark Open 4 kali Joachim Fischer Nielsen berkata, “Sebaiknya bermain dengan kecepatan yang sama sepanjang hari, tetapi ketika bola begitu cepat, ada baiknya untuk mengujinya lagi.

“Jika kemudian memilih untuk mengganti, harusnya memastikan bahwa SEMUA pemain di pertandingan tersisa diinformasikan. Kalau tidak, itu menjadi sangat tidak profesional.”