Peneliti Inggris menemukan bahwa dexamethasone, corticosteroid yang pada dasarnya digunakan untuk mengurangi peradangan, bisa digunakan untuk mengobati Covid-19. Obat tersebut mengurangi resiko kematian untuk sepertiga pasien yang menggunakan ventilator dan seperlima pasien yang menggunakan oksigen. Dexamethasone memiliki harga yang terjangkau dan stoknya banyak tersedia secara global.

Percobaan klinis dilakukan oleh tim Oxford University, sebanyak 2000 pasien rumah sakit diberikan dexamethasone dan dibandingkan dengan 4000 yang tidak. Untuk pasien yang menggunakan ventilator bisa mengurangi resiko kematian dari 40% hingga 28% sedangkan untuk pasien yang menggunakan oksigen bisa mengurangi resiko kematian dari 25% hingga 20%.

“Pengobatan berlangsung selama lebih dari 10 hari menggunakan dexamethasone dan biayanya sekitar 5 euro per pasien. Jadi pada dasarnya membutuhkan 35 euro untuk menyelamatkan satu nyawa. Obat ini adalah obat yang tersedia di seluruh dunia,” ujar ketua peneliti Prof Martin Landray melalui BBC.

Di 2015, Lee Chong Wei diberikan hukuman 8 bulan tidak boleh mengikuti turnamen internasional oleh Asosiasi Bulutangkis Dunia (BWF). Ia tidak lolos tes doping saat Kejuaraan Dunia 2014 di Kopenhagen, Denmark. Air seninya positif mengandung dexamethasone, zat yang tidak boleh dikonsumsi pemain sesuai Undang-Undang Anti-Doping BWF Tahun 2009.

Lee mengaku tidak menyadari bahwa bahan terlarang tersebut dikonsumsinya saat menjalani pengobatan cedera paha. Lee diberikan skorsing 8 bulan karena kelalaian. Medali perak yang ia raih di ajang kejuaraan dunia juga dicabut.

Dengan pandemi Corona yang masih mengancam di banyak negara, pemain bulutangkis harus berhati-hati jika ingin melakukan pengobatan dengan dexamethasone kalau tidak ingin bernasib sama dengan Lee Chong Wei.

Berdasarkan berbagai sumber di internet, ada ketentuan dalam kode Badan Anti-Doping Dunia (WADA) untuk obat-obatan seperti dexamethasone atlet bisa menggunakannya dengan pengecualian tertentu.